Sunday 12 June 2011

Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin yang berdiri di atas lahan Pulau Tatas di era pemerintahan Gubernur Soebarjo (alm) dengan Ir . HM Said sebagai kepala proyek pembangunannya, kini semakin berbenah.

Ini setelah direnovasi total di era pemerintahan Gubernur Rudi Arifin. Sebuah event nasional Tilawatil Quran (STQ) digelar dan dipusatkan di tempat ini.

Sebuah kebanggaan masyarakat Kalimantan Selatan, dan juriat leluhur ulama terkenal Muhammad Arsyad Al Banjari (pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang diabadikan sebagai nama masjid ini).

Fasilitasnya semakin memadai, sudah sepatutnya dipikirkan untuk menjadi sebuah pusat peradaban Islam yang biasa disebut dengan Islamic Centre, pusat pengkajian dan pengembangan ke-Islaman di daerah ini.

Sebagai warga Kalimantan Selatan yang dikenal agamis, patut berkaca dari pengalaman pemerintah DKI Jakarta di era kepemimpinan Gubernur Soetiyoso yang sejak tahun 2002 menggagas berdirinya Jakarta Islamic Centre (JIC) di ex lokalisasi Kramat Tunggak Tanjung Priok yang dulunya dikenal sebagai daerah hitam.

Gickr helps you to pimp your myspace
Kini JIC beridiri megah dengan berbagai fasilitas layanan berupa ruang serba guna, ruang ibadah utama dan ruang audio visual.

Sebagai warga masyarakat Banjarmasin yang dikenal dengan Kota Kota Seribu Surau, tentunya kita tidak harus kalah dalam berlomba menuju kebaikan dengan Kota Bekasi di Jawa Barat yang telah memiliki Islamic Centre Bekasi (ICB) dengan Masjid Nurul Iman sebagai pusat/sentral kegiatannya.

Di lokasi ICB ini disamping adanya prasarana ibadah juga berdiri megah sebuah gedung serba guna, asrama yang mampu menampung 500 pengunjung, ruang makan, perpustakaan, plasa, taman dan lahan parkir.

Juga TK Islamic Preschool dan taman bermain.

Kita bisa iri dengan Jakarta yang mempunyai JIC atau dengan Bekasi yang memiliki ICB, namun kita harus lebih iri lagi dengan Kota Hongkong.

Sebuah negara semi liberal dengan mayoritas penduduk penganut agama Budha, mempunyai Islamic Centre Hongkong dengan Kowloon Mosque-nya, yang terletak di jantung kota kawasan Nathan Road 105.

Sebuah bangunan masjid yang sangat megah berlantai tiga dan mampu menampung 2.000 jemaah dengan berbagai fasilitas.

Bila gagasan ini bisa terwujud akan menjadi sangat strategis dan monomental dalam memberikan gambaran tentang perkembangan Islam di Kalimantan Selatan.

Juga bisa menjadi rujukan awal bagi masyarakat Kalimantan Selatan yang sangat gandrung melakukan ziarah ke berbagai daerah, dengan label wisata relegius.

Melalui tempat ini pula yang menyajikan audio visual tempat-tempat ziarah (wali-wali), penziarah dibekali dengan pengenalan awal mengenai tempat-tempat yang akan mereka kunjungi dan sekaligus memberikan bimbingan bagaimana tata-cara ziarah yang sesuai dengan tuntunan agama.

Sebuah pusat pengembangan Islam perlu pula dilengkapi dengan perpustakaan representatif. Perpustakaan merupakan kebutuhan primer dalam khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perpustakaan harus mampu menjadi sumber ilmu dan sumber informasi bagi banyak kalangan dan bahkan perpustakaan juga harus mampu menjadi rujukan bagi pengambilan kebijakan instansi atau birokrasi tertentu.

Lebih dari itu perpustakaan seyogianya tidak hanya menyediakan informasi tertulis berupa buku-buku cetakan, akan tetapi juga harus bisa menyediakan dalam bentuk digital seperti katalog on-line, e-book dan sebagainya.

Pengunjung perpustakaan harus dimanjakan dengan berbagai kemudahan dan fasilitas sehingga akan menjadi seorang pustaka-mania. Insya Allah.

Sebuah Islamic Centre memang harus memerankan berbagai fungsi, baik fungsi takmir (ibadah dan dakwah), fungsi diklat (pelatihan dan kajian berbagai topik), fungsi infokom (penyiaran dakwah Islam dan penerbitan Islami) maupun fungsi pengembangan bisnis berupa diklat bisnis Islami.
Semoga.







Sumber :Penulis, pensiunan PNS Pemprov Kalsel

Photobucket Photobucket

Site Search