Saturday 11 June 2011

Batatamba-1



Dalam masyarakat Banjarmasin, "Batatamba" adalah pengobatan alternatif yang dillakukan apabila pengobatan secara Medis sudah dijalankan tapi tidak memberikan hasil yang memuaskan si pasien.

Tesis Bp. Alfani Daud (1997) menyatakan ajaran Islam bukanlah satu-satunya referensi bagi kelakuan religius orang Banjar, begitu pula dengan ritus dan upacara yang dijalankan.
Itulah sebabnya kepercayaan terhadap unsur magis dunia gaib tidak bisa dilepaskan dari keseharian hidup masyarakat Banjar. Misalnya dalam konteks memaknai sakit dan ritual pengobatan yang mesti dilakukan.



Dalam masyarakat Banjar prosesi pengobatan tersebut dinamakan dengan istilah "batatamba. Secara etimologis, batatamba dalam Bahasa Banjar berasal dari kata "tamba" atau "tatamba" yang bermakna obat. "Batatamba" berarti berobat atau berdukun; "menanambai" bermaksud mengobati atau menyembuhkan; dan "penanamba" berarti orang yang memberikan pengobatan.

"Batatamba" memiliki keunikan tersendiri dan "local wisdom" yang terwariskan dari generasi ke generasi. Medianya menggunakan benda-benda tertentu sebagai syarat pengobatan, misalnya "kain sasirangan" yang dililitkan dikepala atau diselimutkan dibadan untuk menyembuhkan sakit "kapingitan" atau sakit panas.

Karena, "batatamba" dalam konteks ini tidak hanya berhubungan dengan sakit yang bersifat medis atau sakit psikologis, tetapi berkaitan pula dengan "sakit megis", yakni sakit yang disebabkan pengaruh unsur, kekuatan, atau entitas gaib.

Oleh karena itu, dalam melakukan pengobatan mereka tidak hanya ber ikhtiar melalui pengobatan modern, tetapi juga mendatangkan orang-orang tertentu yang dipercayai memiliki kemampuan untuk mengobati.Alfani Daud mengklasifikasikan timbulnya penyakit magis yang dipahami masyarakat Banjar dengan penyebabnya antara lain: penyakit magis yang disebabkan gangguan arwah (roh) kerabat dekat yang sudah meninggal dunia.

Kepercayaan terhadap jenis penyakit magis ( selain sakit medis dengan pengobatan modern atau herbal dan sakit psikologis dengan terapi kejiwaan ) memicu persepsi bahwa ia hanya boleh disembuhkan setelah dilakukan "ritual batatamba" dengan bantuan seorang"tabib tradisional" yang memiliki kemampuan memberi "tawar magis".

Dalam stratafikasi masyarakat Banjar, "penanamba" dikelompokan sebagai seorang yang memiliki kemampuan berhubungan dengan "dunia gaib" atau mereka yang memiliki semacam tuah.

Oleh karena itu, dalam masyarakat Banjar, "tabib" atau "penanamba" merupakan tokoh penting dalam ritual pengobatan, karena kemampunya dalam memberikan pertolongan dan pengobatan, baik penyakit yang bersifat fisik maupun mental.

Bagaimana Proses "batatamba"? Selanjutnya silakan klik tautan ini:=> Batamba Bag. 2





Sumber;
Mimbar Opini-BPost No.14299.
Zulfa Jamalie Pengurus Lembaga Kajian Islam, Sejarah, dan Budaya Banjar.

Photobucket Photobucket

Site Search